Minggu, 03 Juni 2018

Fitrsh Seksualitas 8 : pentingnya fitrah seksualitas tumbuh paripurna dalam membentuk peran keayahan dan kebundaan

pentingnya fitrah seksualitas tumbuh paripurna dalam membentuk peran keayahan dan kebundaan


bagaimana jika laki-laki yang tidak dekat dengan ibunya ketika masa transisi??


efeknya akan ada ketika dia berumahtangga. bisa jadi akan jadi suami yang kasar dan tidak bisa mengerti akan istri

pertanyaan lagi apabila anak lelaki tidak dekat dengan ayahnya ketika masih kecil??

efeknya dia akan menjadi anak 'lemah' manja karena selalu bergantung pada ibu yang notabene sifat ibu itu penyayang dan tidak tegaan. mereka akan lambat untuk menjadi dewasa, dan bisa jadi saat berumah tangga mereka malah yang bergantung pada istri.

dan anak-anaknya. maka dari itu untuk yang punya anak laki-laki segera siapkan didik dia sesuai fase usia kedekatan dengan kedua orangtuanya.











dijelaskan oleh mbak Nadia>>
 1. Penanggung jawab pendidikan VS Pelaksana harian pendidikan.

Pendidikan adalah tanggung jawab ayah. Sedangkan ibu adalah pelaksana hariannya. Ibarat sekolah maka ayah adalah kepala sekolahnya, dan ibu adalah gurunya.

2. A Man of Mission and Vision VS Person of Love and sincerity.

Para ayah adalah pembuat misi keluarga, yaitu peran spesifik keluarga dalam peradaban. Lihatlah di dalam Al Quran bagaimana Nabi Ibrahim AS adalah sang pembuat misi keluarga. Misi keluarga beliau diabadikan dalam doa-doanya.
Sedangkan peran bunda adalah penuh kasih sayang.

3. Sang Ego & indicidualitas VS Sang Harmoni & Sinergi.

Seorang ayah diperlukan kehadirannya sebagai pensuplai Ego bagi anak anaknya. Supply ego ini memberikan kemampuan “leadership” bagi anak anaknya, sementara ibu pemberi supply Emphaty atau “followership”.

Ayah dengan hadir dalam keluarga akan memberi keteladanan melalui sikap sikap yang berangkat dari fitrah keayahannya dengan menunjukkan ketegasan, pembelaan pada keluarga, ketegaan yang penuh cinta dll adalah supply ego yang berkesan bagi anak. Sementara sang bunda memberikan rasa empati pada anak anaknya, mampu mendengar curahan hati dan aliran rasanya sehingga anak merasa nyaman.

4.  Pembangun Sistem Berpikir VS Pemilik moralitas dan nurani

Ayah dengan rasionalitas berfikirnya, berkontribusi membangun struktur berfikir bahkan inovasi di rumahnya atau di keluarganya. Kalau Ibu memberikan kemampuan emosional dan lebih menggunakan hatinya.

5. Pensuplai Maskulinitas VS Pensuplai femininitas

Para ayah diperlukan kehadirannya untuk memberikan suplai maskulinitas baik anak lelaki maupun anak perempuan. Ayah dan Ibu harus hadir sepanjang usia anak sejak 0-15 tahun (Aqil Baligh). Anak lelaki pada usia 7-10 tahun memerlukan lebih banyak kedekatan pada ayahnya untuk menguatkan konsep fitrah kelelakiannya menjadi potensi peran seorang lelaki sejati. Begitu juga dengan anak perempuan. Pada usia 7-10 tahun memerlukan lebih banyak kedekatan pada bundanya untuk menguatkan konsep fitrah keperempuanannya. Supaya tidak jadi anak perempuan yang tomboi atau anak lelaki yang melambai.

6. Ayah Penegak profesionalisme vs Bunda pembangun hati dan rasa

Ayah lah yang mengajarkan anak anak untuk bersikap profesional. Sedangkan bunda mengajarkan anak anak untuk mampu membangun hati dan rasanya.

7. Ayah Konsultan Pendidikan vs Ibu Berbasis Pengorbanan

Melihat bahwa seorang lelaki “single tasking” dibanding wanita yang “multi tasking”, para ayah tidak bisa terlalu banyak turun dalam hal detail, bahkan mereka perlu lebih banyak berada di luar masalah agar bisa memberikan solusi yang jernih bagi para ibu yang dalam kesehariannya sudah dipenuhi banyak masalah dalam mendidik.

8. Sang Raja Tega VS Pembasuh Luka

Pada usia 10 tahun ke atas, anak anak perlu diuji kemandirianya, keimanannya dgn beragam program, nah para ayahlah sang raja tega yang mampu memberikan tugas tugas berat untuk menguatkan potensi potensi anak menjadi peran peran peradabannya kelak. Dalam hal ini ibu sebagai “sang pembasuh luka” yang memberi penawar bagi keletihan dan obat bagi luka dalam menjalani ujian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar